Sebuah studi biokimia dan biofisika di Jepang langsung mendapat perhatian luas dari masyarakat setempat karena menunjukkan kalau ekstrak dari natto, menu makanan tradisional dari kedelai yang difermentasi, dapat mencegah infeksi virus corona Covid-19. Tapi, tunggu dulu, studi ini mirip dengan khasiat obat antiparasit cacing ivermectin yang baru terbukti dalam uji di laboratorium.
Studi masih sebatas mengunakan sel-sel dari ternak maupun manusia yang diuji dalam cawan petri. Harus diingat, ada banyak sekali percobaan yang mungkin memberi hasil baik di laboratorium tapi tidak ketika dicoba langsung pada manusia.
Studi yang hasil lengkapnya akan dipublikasikan September mendatang itu dilakukan tim peneliti dari Pusat Riset Pencegahan dan Epidemiologi Penyakit Menular, Universitas Pertanian dan Teknologi Tokyo, Universitas Miyazaki, dan Institut Teknologi Nasional di Jepang.
Mereka menggunakan esktrak natto yang didapat dengan memfermentasi makanan itu dengan bantuan bakteri Bacillus subtilis. Bahan ekstrak itu kemudian diinjeksikan ke sel-sel hewan ternak dan manusia di laboratorium.
Ketika ekstrak tidak dipanaskan yang digunakan, virus corona SARS-CoV-2 maupun herpesvirus 1 (BHV-1, virus pada ternak sapi) kesulitan menginfeksi sel. Ketika natto dipanaskan dulu pada suhu 100 derajat Celsius selama 10 menit, infeksi virus tak ada yang terpengaruh.
Tim penelitinya menduga kalau ekstrak natto, termasuk enzim yang disebut protease, menghancurkan protein kunci di permukaan virus yang biasa berperan menginfeksi sel. Memanaskan esktrak natto akan merusak dan membuat enzim protease tak aktif.
Bagian kedua dari studi lalu mengkonfirmasi hipotesis itu. Tim peneliti menggunakan protease inhibitor pada ekstrak natto dan terbukti ekstrak menjadi tak mampu membendung infeksi virus-virus itu.
Pada bagian ketiga dari studinya, para peneliti menguji tanding langsung ekstrak natto dengan virus-virus itu lalu mengecek apa yang terjadi degan protein paku milik SARS-CoV-2. Hasilnya, protein paku virus penyebab sindrom pernapasan akut itu tampak rusak.
Nasib yang sama dialami dengan protein kunci infeksi BHV-1. Enzim protease juga membuatnya rusak.
Itu semua adalah kabar gembira, tapi butuh tahapan uji lebih lanjut karena uji di laboratorium yang terkontrol sangat berbeda dengan yang terjadi di sel dalam tubuh. Persoalan yang juga harus dijawab adalah bagaimana caranya membuat esktrak natto diarahkan ke bagian sel yang dibutuhkan, seperti ke bagian paru-paru.
Uji klinis juga diperlukan untuk menjelaskan seberapa sering dan berapa banyak ekstrak yang diperlukan untuk bisa menahan infeksi Covid-19 dalam tubuh. Meski begitu, hasil studi tim peneliti itu tetap dinilai awalan yang menjanjikan. Terlebih konsumsi natto juga dikenal dengan nutrisinya yakni serat, kalsium, besi, magnesium, protein, kalium, mangaan, dan vitamin B2, B6, C, E, dan K.
FORBES, SCIENCE DIRECT